Powered By Blogger

Kamis, 08 September 2011

JAMBI STAR



makalah filsafat

Dampak Kapitalisme

Yang jelas, kecenderungan kapitalistis yang terbentuk sebagai hasil proses sejarah perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan, telah mengakibatkan suatu kecenderungan sosial. Yaitu, sebagaimana umumya terjadi di negara-negara lain yang juga menganut kapitalisme, golongan kuat dan kaya akan menjadi semakin kuat dan semakin kaya, sedangkan yang kecil dan miskin makin terjepit.
Kita berharap, dengan memasyarakatkan kewiraswastaan, rakyat kecil akan dapat menolong dirinya untuk bangkit merayap kejenjang kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, perlu dilihat bagaimanakah situasi saat ini yang merupakan dampak sebuah sistem kapitalistik.

Penulis mengamati bahwa semacam “shock sosial” telah terjadi, sehubungan dengan percepatan pembangunan bangsa yang banyak melibatkan peran-serta swasta. Shock sosial itu, telah mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok lapisan masyarakat yang masing-masingnya bereaksi secara berbeda terhadap perubahan zaman. Minimal ada 4 kelompok dapat diidentifikasi berdasarkan perilakunya, yaitu :

1). Kelompok yang sadar betul akan gejala kecenderungan kapitalistik (“Capitalism Awareness”), dan mereka menanggapi kecenderungan itu secara antusias serta bekerja keras dengan konsentrasi penuh untuk mencapai prestasi, dalam lingkungan ekonomi kapitalisme itu. Mereka umumnya terdiri dari para pengusaha golongan ekonomi kelas atas dan menengah. Begitu juga kaum profesional dan karyawan-karyawan yang termotivasi dan sedang menyiapkan diri terjun ke dunia bisnis. Sedikit pengusaha kecil juga ada yang termasuk golongan ini, biasanya dari angkatan muda.

2). Kelompok yang sadar akan ketidak mampuannya mengikuti percepatan pembangunan ekonomi, sehingga dengan pasrah menempatkan dirinya sebagai “penonton” yang baik. Motivasi yang mereka miliki hanyalah sebatas mencari nafkah (“Subsistence Motivation”) untuk memenuhi kebutuhan SPPK (sandang, pangan, papan dan kendaraan). Terdiri dari para pengusaha kecil gurem atau pegel (pengusaha golongan ekonomi lemah) ditambah dengan para pegawai menengah dan rendahan baik swasta maupun negeri yang motivasinya hanya sebatas pemenuhan nafkah pokok.

3). Orang-orang yang tertarik dengan berlangsungnya percepatan ekonomi kapitalistik, tetapi merasa tidak akan mampu untuk ikut ambil bagian. Sehingga, mereka cenderung “lari” kejalur alternatif, yang biasanya merupakan sisa-sisa feodalisme (“Residual Feodalism”). Ciri-ciri umum golongan ini adalah mereka berusaha mencari pengakuan dalam dunia pendidikan, antara lain dengan mengejar gelar-gelar elit strata intelektual (S1, S2, S3 dan seterusnya), tapi tidak menggunakannya dalam dunia pendidikan itu sendiri. Misalnya, bekerja sebagai pegawai negeri dan mengharapkan peningkatan karir berdasarkan prestasi mereka dalam gelar-gelar kesarjanaan. Dengan jalan itu, mereka berharap satu saat kelak bisa menduduki jabatan-jabatan penting dan bisa menjalin hubungan dekat dengan para kapitalis.

4). Kelompok Konvensional, ialah orang-orang yang tidak peduli dengan perubahan dan tetap tinggal dijalur-jalur konvensional. Yang ingin berkarir secara struktural, menjadi pejabat yang baik dan bersih, yang berminat dengan dunia pendidikan, memilih menjadi guru, yang ingin berkarir dibidang teknik menjadi teknokrat, yang bercita-cita menjadi artis tetap didunia seni dan seterusnya. Motivasi mereka biasanya bukan uang, tetapi pengabdian pada karir dibidang masing-masing.

Pembagian kelompok masyarakat dengan cara di atas, merupakan sebuah simplifikasi, sehingga dimungkinkan untuk melihat dunia bisnis dengan bentuk yang lebih sederhana. Bagi calon wiraswastawan, mau tidak mau harus mengerti bahwa kelompok yang akan diterjuni adalah kelompok pertama, yaitu kelompok yang sadar akan kecenderungan kapitalisme. Kita berharap dengan semakin banyaknya pengusaha kecil yang terjun kedunia bisnis yang tidak untuk sekadar mencari nafkah, akan berdampak positif dalam membentuk kekuatan ekonomi baru dari kalangan bawah. Sebagaimana Taiwan yang kokoh struktur ekonominya berkat keterpaduan sekian banyak pengusaha kecil.




Tatkala Kapitalisme Kangkangi Pendidikan
TatTATKALA KAPITALISME MENGANGKANGI PENDIDIKAN
(Kritik Terhadap Pendidikan Berbasis Dunia Kerja)
Nanang Wijaya, S.Sos
A. WAJAH AWAL PENDIDIKAN (Sebuah Pendahuluan)
Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan sosial manusia menuju pada tataran ideal. Makna yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (Insan kamil). Benjamin Bloom mengatakan ada tiga fungsi pendidikan yang kemudian disebutnya sebagai taksonomi pendidikan yaitu (1) fungsi afektif ; untuk membentuk watak, sikap dan moralitas yang luhur (affective domain) (2). Fungsi kognitif ; Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (cognitive domain) (3). Fungsi Psikomotorik ; untuk melatih keterampilan (psychomotorik domain). Dan ketiga aspek merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan pada anak didik. Merupakan ketimpangan pendidikan jika hanya satu yang menonjol dari ketiga fungsi pada anak didik.
Memaknai 3 fungsi diatas maka sesungguhnya pendidikan berbicara mengenai penanaman kecakapan hidup (life skill) yang didalamnya terdapat kecakapan akademik kognitif, kecakapan afektif (emosional, sosial dan spritual) serta kecakapan psikomotorik, meminjam rumusan UNESCO – pendidikan meliputi ; (1) kecakapan untuk berpikir dan mengetahui (learning how to think). (2) kecakapan untuk bertindak (learning how to do). (3). kecakapan (individual) untuk hidup (learning how to be). (4). kecakapan untuk belajar (learning how to learn) dan (5) kecakapan untuk hidup bersama (learning how to life together). Kecakapan-kecakapan itulah yang kemudian dipergunakan untuk menjalankan hidup secara layak dan manusiawi. Secara sederhana sesungguhnya tujuan utama pendidikan adalah memanusiakan manusia (mengerti atas dirinya, lingkungan dan tujuan hidupnya) bukan pendidikan untuk mencari pekerjaan.
Poulo Freire mengatakan bahwa pendidakan haruslah berorientasi pada pengenalan terhadap realitas dunia dan diri manusia itu sendiri. Seorang manusia yang tidak mengenal realitas dunia dan dirinya sendiri, tidak akan sanggup mengenali apa yang ia butuhkan, apa yang akan dia lakukan dan apa yang ingin dia capai. Pendidikan haruslah menjadi proses pemerdekaan, pembebasan dan kekuatan penggugah (subversive force) untuk melakukan perubahan dan pembaharuan. Maka diharapakan output dari pendidkan adalah manusia-manusia yang memiliki kesadaran kritis atas konstalasi social dimana dia hidup dan mampu melakukan perubahan atas situasi social yang cenderung merugikan. Output pendidikan adalah sosok pembaharu, pengubah, pemimpin, teladan dan kreatif.
Untuk mencapai hal tersebut maka pendidikan haruslah diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Alih-alih mendapatkan sosok out put pendidikan yang ideal, ternyata tiap hari kita disuguhkan dengan berita-berita tentang prilaku-prilaku anak bangsa yang mengaku berpendidikan yang sangat tidak bermoral. Korupsi, narkoba, pembunuhan, penculikan, tawuran massa dan prilaku kriminal lainnya seolah-olah telah menjadi wajah bangsa ini. Justru yang kita lihat sehari-hari adalah sosok kriminal, pecundang dengan mental yang sangat rendah. Maka patutlah kita bertanya : ADA APA DENGAN PENDIDIKAN NEGERI INI ?
B. PERUBAHAN PARADIGMA MASYARAKAT ATAS PENDIDIKAN
Kapitalisme dan materialisme adalah anak kandung dari moderinisasi, sehingga ketika modernisasi menjamah seluruh lapisan masyarakat. Maka mau tidak mau, kapitalisme dan materialisme juga ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat. Akibat perubahan pola pikir ini terjadi perubahan yang sangat radikal atas cara pandang masyarakat terhadap pendidikan saat ini. Cita-cita luhur pendidikan yang begitu luhur saat ini telah terabaikan oleh masyarakat. Keinginan untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki kecerdasan emosional/spritual, kecerdasan intelektual serta memiliki keterampilan tereduksi sedemikian rendanya. Pendidikan pada akhirnya dilihat oleh masyarakat dari cara pandang materialisme dan kapitalisme.
Indikator yang dapat terbaca pada masyarakat adalah motivasi masyarakat untuk mengikuti pendidikan. Motivasi tersebut tereduksi pada motif untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan orientasi penghasilan, bukan lagi berorientasi pengetahuan, kecerdasan dan kesadaran. Saat ini orang masuk sekolah karena ingin dapat pekerjaan yang menghasilkan.
PENGETAHUAN
PESERTA DIDIK —- SEKOLAH —- KECERDASAN —–PERUBAHAN SOSIAL
KESADARAN
PESERTA DIDIK ————–SEKOLAH ————-IJAZAH ———-PEKERJAAN
Akibatnya sekolah adalah tempat untuk mendapatkan ijazah, karena ijazah adalah syarat utama untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini berimplikasi pada sikap dan prilaku baik masyarakat maupun peserta didik yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan ijazah. Tradisi menyontek, plagiat, menyuap, membayar ijazah, membayar skripsi, dll lahir dari paradigma materialisme ini.
AWALNYA SEKOLAH ADALAH TEMPAT MENUNTUT ILMU
SEKARANG SEKOLAH ADALAH TEMPAT MENDAPAT IJAZAH
Cara pandang ini juga berpengaruh pada pemilihan masyarakat terhadap jurusan-jurusan (program) studi yang diminati atau yang dipilih. Program studi yang dianggap berhubungan dengan dunia industrilah yang banyak dipilih, seperti tekhnik, kedokteran, komputer, dll. Sementara program-program studi ilmu humainora menjadi jarang untuk dipilih. Untuk tingkat SMU, jurusan IPA menjadi kebanggan seolah-olah menrupakan jaminan masa depan.
Sehingga saat ini kita akan kesulitan untuk menemukan output pendidikan yang benar-banar memiliki kesadaran atas arti pentingnya pengetahuan yang memiliki kesadaran kritis atas realitas, yang memiliki kepekaan humanity dan rasa solidaritas yang tinggi. Yang ada adalah uotput yang memiliki sikap individual yang tinggi, tidak matang dalam pengetahuan dan tidak memahami makna hidup. Dan sekarang output seperti inilah yang banyak mengelolah negara ini.
C. HEGEMONI KAPITALISME ATAS PENDIDIKAN
Mengikuti teori Francis Fukuyama yang memprolamirkan kemerdekaan kapitalisme atas didologi apapun, maka kenyataannya kapitalisme telah menghegemoni dunia pendidikan kita. Hal ini dapat dilihat dari proses industrialisasi pendidikan kita. Proses industrialisasi pendidikan dapat dilihat/dipahami dalam dua pengertian, yaitu ; (1). Pendidikan yang dijadikan layaknya industri yang menghasilkan uang dan keuntungan yang berlipat-lipat. (2). Sistem pendidikan yang diformat sedemikan rupa (oleh skenario kapitalisme) untuk menyiapkan peserta didik agar mampu beradaptasi dengan dunia industri-kapitalis.
Peter McLaren mengatakan, dalam dunia kapitalisme, sekolah adalah bagian dari industri, sebab sekolah adalah penyedia tenaga kerja/buruh bagi industri. Ada tiga pengaruh kapitalisme terhadap sekolah, yaitu (1). Hubungan antara kapitalisme dan pendidikan telah mengakibatkan praktek-praktek sekolah yang cenderung mengarah kepada kontrol ekonomi oleh kaum elit. (2). Hubungan anatar kapitalisme dan ilmu telah menjadikan tujuan ilmu pengetahuan sebatas mengejar keuntungan. (3). Perkawinan antara kapitalisme dengan pendidikan serta kapitalisme dan ilmu telah menciptakan pondasi bagi ilmu pendidikan yang menekankan nilai-nilai material dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan martabat manusia. Pada akhirnya peserta didik dalam dunia pendidikan kita kehilangan senstifitas kemanusiaan digantikan dengan kalkulasi kehidupan materialisme.
Sekolah-sekolah terkooptasi oleh mekanisme industri dan bisnis, dimana sekolah menjadi instrumen produksi ekonomi. Mau tidak mua, kurikulum pendidikan juga ikut terpengaruh, misalnya dalam hal menentukan ilmu pengetahuan mana saja yang perlu dipelajari oleh peserta didik, yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri. Maka terciptalan kurikulum yang sepenuhnya berwatk kapitalistik. Indikator yang dapat kita lihat adalah sedikitnya jam pelajar untuk ilmu-ilmu humaniora dan moral dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
AWALNYA : SEKOLAH —————- MANUSIA SEUTUHNYA
SEKARANG : SEKOLAH —————- TENAGA KERJA UNTUK INDUSTRI
Pada filosofi seperti inilah lahir PENDIDIKAN BERBASIS DUNIA KERJA.
Pertanyaannya adalah apakah kita harus menolak Pendidikan berbasis dunia kerja ???
Sementara realitas telah menuntut kita untuk seperti itu, ketika kita menolak bukankah realitas akan meninggalkan kita. Pertanyaan ini dijawab oleh tiga paradigma pendidikan dengan jawaban yang berbeda.
D. TIGA PARADIGMA PENDIDIKAN
1. Paradigma Konservatif, akan menerima keadaan apa adanya dan menyesuaikan diri dengan tuntutan realitas tanpa mempertanyakan apapun. Dan mayoritas masyarakat
2. Paradigma Liberal/Demorkat, akan mengubah beberapa tuntutan realitas dan sedikit menyesuaikan diri.
3. Paradigma Kritis, dengan cara mengubah realitas yang dianggap menindas dan merugikan dan tidak sesuai dengan filosofi pendidikan. Pendekatan ini bertujuan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar (revolusioner) dimasyarakat, dengan melakukan penentangan terhadap ketidakadilan, ketimpangan dan sistem yang menindas, melalui proses penyadaran kritis yang mencerahkan dan membebaskan.
E. CARUT MARUT PENDIDIKAN NASIONAL
Terlepas perdebatan atas pendidikan berbasis dunia kerja. Kita tidak boleh melupakan kondisi-kondisi lain dari pendidikan kita.
1. Anggaran pendidikan yang belum memenuhi kewajiban kenstitusinya. Bangsa ini ternyata belmu memeliki kesadaran atas pentingnya pendidikan, sehingga lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan yang lain dibandingkan dunia pendidikan. Celakanya lagi, bahwa anggaran pendidikan (yang sedikit itu) di korup di sana-sini. Sehingga Departemen Pendidikan Nasional tergolong instansi terkorup oleh BPK
2. Kesejahteraan Guru (Pendidik) yang masih jauh dari harapan. Dimana penghasilan setiap pendidik masih jauh dari pemenuhan kebutuhan kehidupannya. Akibatnya, konsentrasi dan kesiapan dalam proses belajar mengajar terganggu dan tidak matang. Guru memang bukanlah profesi yang menjanjikan secara materi kecuali sekedar gelar ”pahlawan tanpa tanda jasa”. Tingkat kesejahteraan yang rindah inilah memaksa para guru untuk mencari penghasilan diluar penghasilan sebagai guru untuk menutupi kekurangan kebutuhannya, yang akhirnya akan menggangu proses belajar-mengajar di sekolah.
3. Fasilitas pendidikan sangat minim dan sangat diskriminatif, dimana terdapat perbedaan yang sangat mencolok kepemilikan fasilitas pendidikan dibeberapa sekolah, akibatnya output yangdihasilkan pun sangat terpengaruh. Sehingga kita masih banyak temukan gedung-gedung sekolah yang hampir ambruk, gedung sekolah yang masih berdinding papan atau berlantai tanah, sekolah yang tidak memiliki perpustakaan (kalau pun ada, isinya adalah buku-buku lama). Sekolah yang tidak memiliki laboratorium
F. PENUTUP
Bangsa ini akan maju jika pengelolaan pendidikannya dikelolah secar benar. Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini begitu banyak. Dan semuanya menunggu dari pengelolaan pendidikan yang tepat. Sehingga SDA dan SDM tersebut dapat mensejahterakan masyarakat bangsa ini. Termasuk Daerah Sulawesi Tengah sebenranya memiliki SDA dan SDM yang cukup banyak dan beragam.
Dibutuhkan model pendidikan revolusioner (Peter McLaren & Paula Allman) dengan paradigma kritis yakni pola pendidikan yang menekankan pengembangan danpenguatan kesadaran peserta didik atas realitas sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai subyek dalam realitas tidak sekedar obyek. Apalagi hanya sekedar tenaga kerja. Sebab yang dibutuhkan sekarang adalah jiwa kepemimpinan.
(Disampaikan dalam Seminar Pendidikan dan Dunia Kerja yang diselenggarakan oleh Korwil Korps PIIWati Sulteng, 09 Maret 2008)

Kapitalisme Pendidikan
Dua ideology ekstrim kapitalisme buah pemikiran dari dua pemikir besar; Adam Smith dan Karl Marx berada dalam suatu garis kontinum yang menunjukkan pengaruh dan sejauh mana kekuatan masing-masing dalam menentukan arah proses penyelenggaraan negara. Indonesia sebagai negara yang pluralis telah menyatakan bahwa pancasila adalah ideology bangsa yang wajib dijadikan pedoman oleh seluruh elemen dan golongan masyarakat. Namun, itu tidak serta merta menghilangkan pengaruh dua ideology ekstrim ini dalam menuntun arah pergerakan negara sebagai sebuah sistem.
Globalisasi, modernisasi, dan perdagangan bebas memberikan pengaruh terhadap pergerakan titik-titik kedua ideology ini dalam garis kontinum bangsa Indonesia. Akan tetapi, pengaruh yang muncul lebih banyak memberikan kekuatan kepada kapitalisme, atau dengan kata lain pengaruh kapitalisme lebih besar dari pada sosialisme di Indonesia. Hal ini membuat peran mekanisme pasar dan kekuatan modal jauh lebih besar daripada peran negara. Konsekuensi logis dari hal ini adalah penyebaran kekuatan kapitalisme ke dalam sub-sub sistem bangsa Indonesia. Kapitalisme hidup dan beranak-pinak dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan tak terkecuali pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu sub-sub sistem penting yang ikut menentukan keutuhan bangsa sebagai sebuah sistem telah menjadi “komoditas” kapitalisme. Komersialisasi pendidikan, eksploitasi anak didik, penutupan akses pendidikan, dan keberadaan uang di atas variabel-variabel lainnya adalah trickledown effect yang harus diterima akibat tekanan-tekanan interest-nya kaum kapitalis. Kepentingan-kepentingan kapitalisme tersebut sebenarnya hanya bermain pada tawar-menawar kepentingan dalam “pasar kekuasaan.” Setelah kapitalisme berhasil dalam perumusan kebijakan ditataran elit, maka kaum kapitalis cukup menunggu keuntungan demi keuntungan yang lambat laun akan mereka terima. Tetapi, mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka berdiri di atas penderitaan rakyat-rakyat “proletar” yang tidak mempunyai capital seperti yang dimiliki kaum kapitalis.
Salah satu bentuk permainan kapitalisme dalam perumusan kebijakan pendidikan bernama Badan Hukum Pendidikan (BHP) dan anaknya Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Kebijakan ini ada yang sedang berjalan (BHMN) dan ada yang sedang dirumuskan (BHP). Namun, sejatinya keturunan-keturunan kapitalisme pendidikan itu mempunyai visi dan misi yang sama dengan orangtuanya yaitu mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan pihak-pihak yang tidak mempunyai capital yang besar, padahal sesungguhnya hak yang dimilikinya untuk menikmati pendidikan sama dengan kaum kapitalis. Dimanakah keadilan itu? Dan dimanakah Pancasila?

 Dengan silsilah seperti ini dunia pendidikan dipastikan secara inkremental akan menjadi milik orang-orang kelas atas yang bisa dengan mudah masuk ke dalam lembaga pendidikan tanpa adanya perasaan takut akan biaya pendidikan yang mahal, sedangkan kaum miskin apa bisa? Bermimpipun mereka takut apalagi untuk mendapatkan pendidikan murah berkualitas. Pemerintah bisa saja berkilah bahwa APBN sudah tidak sanggup lagi mensubsidi beberapa lembaga pendidikan dan universitas/sekolah juga berkilah bahwa pendidikan berkualitas membutuhkan biaya yang besar. Penjelasan mereka memang logis dan bisa dimaklumi, tapi apakah harus dengan menyedot dana yang sangat besar dari peserta didik? Padahal masih banyak sumber penerimaan pemerintah dan universitas yang lain, intinya adalah bagaimana kemampuan manajemen anggaran yang baik dan akuntabel. Namun, kelihatannya kekuatan kaum kapitalis sangat sulit ditandingi dan mau tidak mau kita juga harus rela menerima keberadaan anak cucu kapitalisme. Namun, kita harus tetap menghambat pergerakan kapitalisme pendidikan ini. Penghematan dana, Peningkatan kualitas manajemen anggaran, dan pemberantasan KKN adalah hal yang mutlak harus dilakukan apabila kita ingin BHP dan BHMN menjadi “anak durhakanya kapitalisme” dan menghambat penyebaran virus kapitalisme dalam bentuk komersialisasi pendidikan.

Rabu, 07 September 2011

POLUSI UDARA

Asap Makin Parah

p ISPU Terus Meningkat

KOTA JAMBI, JS-Kabut asap yang melanda wilayah Kota Jambi dan sekitarnya sejak sepekan terakhir hingga Selasa (6/9) kemarin, bertambah parah. Bahkan, terlihat wilayah Kota Jambi dan sekitarnya seperti dikepung kabut asap yang membuat jarak pandang berkurang.
    Kurnianingsih, Koordinator Prakirawan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, menyatakan penyebab utama kabut asap yang melanda wilayah Kota Jambi dan sekitarnya adalah karena kiriman asal dari titik api yang ada di sekitarnya. ''Baik dari kabupaten lain di sekitarnya maupun dari provinsi lainnya,'' ujarnya, ketika dikonfirmasi via ponselnya, kemarin.
    Diterangkannya, memang pada Senin (5/9) lalu, di Provinsi Jambi terdapat lima titik api, yakni di Kabupaten Muarojambi dua titik, Tanjungjabung Timur 1 titik, Tebo 1 dan Sarolangun 1 titik. ''Jadi, asap-asap dari daerah itu dibawa oleh angin yang kebetulan arahnya menuju Kota Jambi. Sehingga, membuat jarak pandang berkurang dan memicu kenaikan ISPU,'' terang Kurnianingsih.
    ''Kabut asap ini juga membuat jarak pandang di Bandara Sultan Thaha Jambi terbatas. Pada pagi hari berkisar 500-800 meter, sehingga beberapa jadual kedatangan pesawat terganggu,'' tukasnya.
    Sedangkan Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, Drs Arpan MM, menyatakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada Selasa (6/9) kemarin, mencapai angka 129 atau masih dalam kategori kurang sehat. ''Udara yang kurang sehat ini sudah terjadi sejak Minggu (4/5) dan hingga hari ini (kemarin, red) masih berada di atas 100,'' ungkapnya, ketika dikonfirmasi via ponselnya, kemarin.
    Sedangkan Wakil Gubernur Jambi, Drs H Fachrori Umar Mhum menyatakan pemerintah provinsi telah melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk mengatasi masalah kabut asap. ''Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum berhasil dalam upaya mematikan asap. Karena, hal ini berada di luar kemampuan kita. Besok (hari ini, red) kami akan turun ke Seponjen,'' jelasnya.
    Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Drs Hasvia MTP, pada saat yang sama menjelaskan pemerintah telah menurunkan beberapa tim pemadam beserta peralatan pemadam kebakaran ke daerah-daerah yang terbakar. Ini untuk meminimalisir agar tidak menyebar ke tempat lain. ''Lima regu sudah kami kirim khususnya ke Tanjungjabung Timur pada pukul 03.00 WIB dinihari pagi tadi. Pada beberapa titik juga kami minta bantuan kepada Taman Nasional Berbak untuk menangani itu dan juga dibantu tim dari Kabupaten Tanjungjabung Timur,'' jelas Kadis.
    Kadis juga menjelaskan, asap yang ada ini bukan hanya berasal dari kebakaran lahan di Provinsi Jambi. Tetapi, juga berasal dari provinsi lain, seperti Sumatera Selatan yang juga mengalami hal yang sama.
    ''Jadi, sebenarnya asap di Jambi ini harus kita lihat juga arah mata angin. Jangan fokus di Jambi saja. Arah angin kita ini ke timur. Artinya, nanti dari tenggara ke timur, artinya tidak hanya asap dari kita. Kemarin saja Jambi hanya ada lima titik api, sedangkan provinsi lain 23 sampai 26 titik api,'' lanjut Hasvia.
    ''Kita harus lihat juga provinsi tetangga. Yang jelas, kita butuh hujan, karena Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh sudah hujan,'' jelasnya.
    Kadis menyatakan kesiapan pemerintah dalam menanggulangi masalah kebakaran dengan telah menurunkan kurang lebih 210 personil. ''Kita sudah menurunkan 210 orang, satu titik 15 orang dengan peralatan pemadam yang representatif. Selain itu, sempat ada permasalahan bahan bakar dan sudah kita atasi. Yakni, kita ambil dengan menggunakan dirijen, karena sebelumnya di SPBU tidak diperbolehkan. Lalu, kita minta izin dan dengan menggunakan surat kepada Pertamina mengeluarkan 210 liter per hari,'' ungkap Kadis.
    Menyangkut kedatangan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono ke Jambi pada 23 September ini, Kadis menjelaskan pemerintah menjamin sebelum tanggal 23 permasalahan asap akan segera diselesaikan.
    ''Kami berupaya pada sebelum tanggal 23 permasalahan kebakaran ini akan segera diselesaikan. Di Jambi kita memiliki empat daerah operasional, yaitu di Sarolangun, Muarojambi, Kota Jambi, Tebo dan Tanjungjabung Barat. Jadi, sudah dimobilisasi semua alat dan personilnya. Jadi, kami memiliki lima regu lagi yang belum diturunkan,'' papar mantan PJ Wako Sungaipenuh ini.
    Selain itu, Hasvia mengaku juga sudah menyurati Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan diminta membantu. ''Jadi, Sumatera Selatan sudah kita koordinasikan untuk upaya pemadaman. Yang jelas, tiga daerah sudah direstui untuk mendapatkan hujan buatan yaitu Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Tengah. Sedangkan Jambi belum perlu karena titik apinya masih kecil,'' jelas Hasvia.

Jumlah Titik Api di Beberapa Provinsi
(Januari-5 September 2011)

Provinsi  Jumlah
Jambi    966    
Riau    2890
Sumut 720
Sumsel 2399
NAD    414

sedikit cerita

p Melihat Kehidupan Penjaga Masjid di Tanjab Barat
Tua Renta, Tetap Bersemangat


    Meski memasuki usia lanjut, A Yani masih tampak semangat dalam menjalani hidup kendati hanya bekerja sebagai penjaga masjid. Dengan sisa tenaganya, lelaki renta ini berusaha keras membersihkan areal masjid yang idealnya dikerjakan lebih dari satu orang ini.


M RUM, KUALATUNGKAL
    BEKERJA sebagai penjaga masjid sudah dilakoni A Yani, warga Desa Bram Itam Kanan, Tanjab Barat ini, sejak 12 tahun lalu. Dengan keterbatasan yang ada dan di usianya yang sudah uzur ini, tidak membuatnya patah semangat dalam mengarungi hidup.
    Bahkan, dalam melakoni tugasnya, lelaki tua ini sudah tiga kali bekerja sebagai penjaga masjid di tempat yang berbeda. Selama bulan puasa lalu, A Yani mengaku dirinya tidur hingga satu sampai dua jam sehari.
    ”Kalau bulan puasa saya jarang istirahat. Sebab, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” ujar A Yani.
    Mengingat pekerjaan banyak dan batas kemampuannya, A Yani pernah mengusulkan kepada pengurus masjid agar dapat menambah personil untuk dipekerjakan di masjid. ”Saya pernah usulkan untuk penambahan pekerja, mengingat usia saya yang sudah tua dan tidak memungkinkan lagi untuk mengerjaakan semua pekerjaan yang ada,” ucap Yani.
    Dijelaskannya, semua pekerjaan terkait dengan kebersihan masjid baik di dalam dan di luar masjid, ia sendiri yang mengerjakannya sekalipun dalam sebulan ia harus menerima gaji yang masih pas-pasan.
    Untuk kebersihan bagian luar masjid, ia mendapat upah Rp 60 ribu per minggu, sedangkan untuk yang di dalam masjid ia mendapatkan upah Rp 100 ribu perminggu.
    “Dulu ada pekerja lainnya, tapi sekarang saya sendirian. Makanya, saya usulkan penambahan pekerja baru,'' tuturnya.
    Diakuinya, selama bekerja sebagai kaum Masjid Agung Al Istiqomah, banyak memiliki pengalaman suka dan duka. Hal yang paling berkesan yang pernah ia alami, ketika ia mendapati satu keluarga muallaf yang terdampar di Masjid Agung. Satu keluarga asli Medan yang akan bertolak ke Tembilahan kehabisan bekal dan mampir dulu di Masjid Agung.
    ”Banyak suka dukanya bekerja sebagai penjaga masjid, apalagi keluarga muallaf yang terdampat itu anaknya terserang muntaber dan kehabisan bekal untuk menuju ke Tembilahan," jelas lelaki yang mempunyai putra sebanyak 4 orang ini.
    Menurut dia, dirinya merasa prihatin akan nasib keluarga mullaf tersebut, tapi kerena keterbatasan ekonomi, dia tidak bisa membantu. ”Karena saya tidak bisa membantu, sebab waktu itu tidak memiliki uang. Keluarga muallaf itu saya bawa ke rumah salah seorang berada di Kualatungkal,'' jelasnya. 
    Dengan bekal seadanya dan sumbangan dari donatur uang yang terkumpul saat itu jumlahnya mencapai Rp 300 ribu. Malah, salah satu pegawai Kantor LASDAP waktu itu ada yang membantu transport perjalanan menuju Tembilahan secara gratis.(***)

Makalah psikologi anak

                                       PEMBAHASAN         

A.    Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan
Para ahli psikologi setuju dengan pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Perkembangan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru. Perubahan yang dimaksud sebagai perkembangan itu terjadi apabila individu yang berkembang mengalami dua hal yaitu pertumbuhan dan belajar. Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan aspek fisik yang Nampak dalam perubahan ukuran, berat dan struktur. Misalnya bertambah panjangnya tungkai dan lengan, bertambah tingginya badan, bertambah beratnya badan dan bertambah sempurnanya susunan tulang dan syaraf ( Elida, 8:2004 ).
Hallen Bee (1978) dalam Elida (8:2004) menjelaskan suatu konsep lain yang erat kaitannya dengan pertumbuhan adalah kematangan. Istilah kematangan sering digunakan sebagai arti yang sama dengan pertumbuhan walaupun sebenarnya tidak persis sama. Perubahan fisik yang bersifat kuantitas yang disebut pertumbuhan mungkin terjadi karena tercapainya kematangan, namun tidak seluruhnya perubahan itu disebabkan oleh kematangan, tetapi karena pengaruh factor luar seperti makanan. Jadi pertumbuhan dipengaruhi oleh factor luar dan dalam diri individu yang disebut sebagai kematangan itu. Istilah kematangan menggambarkan pola perubahan fisik dan keterampilan yang ditentukan oleh factor gene.
Dari aspek lain perkembangan dicapai karena adanya proses belajar. Karena belajar individu memperoleh pengalaman baru dan pengalaman baru menimbulkan tingkah laku yang baru. Seorang anak berkembang, Nampak dalam perubahan cara makan yaitu cara makan dengan tangan menjadi mampu makan dengan sendok, karena ia belajar dari otang tuanya.
Zulkifli (4:1992) dalam bukunya psikologi perkembangan membahas perkembangan rohani sejak manusia lahir sampai menjadi dewasa. Dalam proses perkembangan rahani itu terjadi perubahan terus-menerus, tetapi perkembangan itu tetap merupakan suatu kesatuan. Diantara masa-masa perkembangan itu adalah masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak sekolah, masa remaja (pubertas[1] dan adolesen[2]), dan masa dewasa. Dalam bidang kesehatan dikemukakan tentang perlunya meningkatkan gizi bagi calon ibu maupun bayi yang dikandungnya berupa penambahan vitamin-vitamin dan mineral dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan bidan ataupun dokter kandungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak dapat dilihat secara kualitas dan pertumbuhan anak dapat dilihat secara kuantitas. Dengan kata lain perkembangan terjadi pada psikis sedangkan pertumbuhan terjadi pada phisik.

B.     Proses Berlangsungnya Perkembangan
Bagaimana berlangsungnya perkembangan individu, yang diistilahkan dengan dinamika perkembangan telah menimbulkan perbedaan pendapat diantara para ahli. Perbedaan pandangan tersebut disebabkan perbedaan pandangan aliran psikologi yang diikutinya. Aliran psikologi assosiasi yang merupkan pendukung aliran behavioristik, berpendapat bahwa perkembangan berlangsung dengan penguasaan bagian-bagian dengan proses assosiasi memperoleh penguasaan yang menyeluruh. Pendidikan menurut mereka memberikan pengetahuan dan latihan sedikit demi sedikit bagian demi bagian mengarah kepenguasaan pengetahuan dan keterampilan yang merupakan kesatuan (unit) dan kompleks. Berbeda dengan pandangan di atas adalah pandangan para ahli Gestalt yang berpendapat bahwa perkembangan berlangsung dari penguasaan keseluruhan yang kemudian berkembang kearah penguasaan yang lebih detail. Pendidikan harus memberikan pemahaman yang menyeluruh dalam memberikan informasi atau latihan dan baru membimbing anak kepemahaman yang lebih memdetail (Elida, 12:2004).
Aliran psikologi Assosiasi yang menitikberatkan kepada perkembangan moral, atau cara manusia bertingkah laku, berpendapat bahwa perkembangan tingkah laku berlangsung melalui proses identifikasi atau proses peniruan. Dalam pendidikan pemberian contoh yang ideal sangat dipentingkan agar perkembangan tingkah laku yang ideal tercapai.
Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa proses berlangsungnya perkembangan anak itu sangat dipengaruhi oleh proses peniruan dan pemahaman sedikit demi sedikit yang kemudian berkembang menjadi tingkah laku yang ideal.
Perkembangan berlangsung melalui aturan-aturan yang prinsip, yang perlu diperhatikan dalam memupuk perkembangan anak. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah prinsip kesatuan organis, prinsip tempo dan irama perkembangan, prinsip kesatuan pola, prinsip kematangan, prinsip kontinuitas, dan prinsip kecepatan.
Masa-masa perkembangan menurut para ahli psikologi:
a.       Pembagian Aristoteles
·         Periode anak kecil, usia sampai 7 tahun
·         Periode anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun
·         Periode pubertas, usia 14-21 tahun
b.      Pembagian Comenius
·         Masa sekolah ibu, sampai usia 6 tahun
·         Masa sekolah bahasa ibu, usia 6 sampai 12 tahun
·         Masa sekolah bahasa latin, usia 12 sampai 18 tahun
·         Masa sekolah ibu tinggi, usia 18 sampai 24 tahun.
c.       Pembagian Ch. Buhler
·         Masa pertama, usia sampai 1 tahun
·         Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
·         Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
·         Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun
·         Masa kedua, usia 14 sampai 19 tahun
d.      Pembagian Kohnstamm
·         Masa vital, usia 1 sampai 1,5 tahun
·         Masa anak kecil, usia 1,5  sampai 7 tahun
·         Masa anak sekolah, usia 7 sampai dengan 14 tahun
·         Masa remaja, usia 14 dengan 21 tahun
·         Masa dewasa, usia 21 tahun keatas.
e.       Pembagian Oswald Kroh
·         Trotz periode pertama, usia 3 tahun
·         Trotz periode kedua, usia 12-14 tahun
·         Trotz periode ketiga, usia pada masa akhir remaja
f.       Pembagian Jean Piaget
·         Fase sensori motorik (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
·         Fase Pra Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
·         Fase operasi konkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama).
·         Fase operasi formal  (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.

C.     Perkembangan Psycho-Sosial
Menurut Erick Erickson perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap: 
1.      Trust >< Mistrust (usia 0-1 tahun)
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri.
Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2. Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu (usia 2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu. Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang Tua - Guru Sekolah Minggu)
3.   Inisiatif >< Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. 
4.  Industri/Rajin >< Inferioriti (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.



D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Pembicaraan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, membahas tentang hal-hal yang memungkinkan berlangsung atau tidak berlangsungnya perkembangan itu. Para ahli dari berbagai aliran mengemukakan kecenderungan yang berbeda-beda mengenai hal ini. Dibawah ini dikemukakan pendapat para ahli Nativisme, Empirisme, Konvergensi (Elida, 18:2004).
Para ahli aliran nativisme mengemukakan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh factor dalam diri yang dibawa semenjak lahir. Factor itu disebut bakat, baik bakat fisik maupun bakat psikis. Bakat fisik adalah potensi yang menetukan sifat fisik individu apakah ia akan menjadi tinggi, rendah, gemuk, kurus, kuning, hitam dsb. Bakat psikis dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu bakat umum atau intelegensi dan bakat khusus. Misalnya potensi untuk menjadi penari, pelukis, pemahat dll. Para ahli aliran ini biasanya mempertahankan pendapat ini dengan menunjukkan bukti bahwa terdapat persamaan antara orang tua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayah atau ibu ahli musik maka anak-anaknya cenderung untuk menjadi ahli music pula.
Para ahli aliran empirisme dengan tokohnya Jhon Locke berpendapat bahwa yang paling menentukan dalam perkembangan individu adalah factor lingkungan pendidikan, sedangkan factor dalam diri individu dianggap tidak memegang peranan penting. Aliran ini ada kelemahannya juga jika pendapat ini benar maka kita sebagai pendidik akan dapat menciptakan manusia sesuai dengan keinginan kita, toh mereka gagal.
Oleh karena itu munculah aliran ketiga yang merupakan jalan tengah antara kedua aliran di atas. Aliran ini disebut dengan aliran konvergensi. Pendapat ini dianggap dapat mengatasi pendapat yang berat sebelah itu. Tokoh dari aliran ini adalah William Stern, yang berpendapat bahwa individu berkembang sebagai hasil pengaruh perpaduan antara factor-faktor hereditas (dalam diri individu) dan pendidikan (lingkungan). Bakat sebagai suatu potensi yang telah dimiliki secara hereditas baru dapat terealisasi dalam bentuk penampilan jika lingkungan memungkinkannya, misalnya seorang seorang anak berbakat untuk menjadi pemain music, tetapi jika lingkungan tidak menyediakan alat music, dan tidak memberi kesempatan untuk berlatih bermain music, maka bakat tersebut tidak akan muncul (tetap potensial). 
Sesuai dengan pendapat di atas dapat dipahami bahwa perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturun (hereditas) namun juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Selain itu Anneahira berpendapat dalam Asianbrain bahwa Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain:


a.       Faktor Dalam
·         Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
·         Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
·         Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
·         Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
·         Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
·         Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down's[3] dan sindroma Turner's.[4]
b.         Faktor Luar
1)      Faktor prenatal
·         Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan mempengaruhipertumbuhan janin
F.J Monks (2006) dalam bukunya psikologi perkembangan berpendapat bahwa mulai konsepsi sampai kelahiran, yaitu pada masa pranatal, anak sudah mengalami pengaruh dari luar. Keadaan fisik dan psikis ibu yang baik dan seimbang adalah persyaratan mutlak bagi perkembangan pranatal anak yang sehat, meskipun sampai saat ini belum bisa ditentukan seberapa jauh faktr luar tadi memberikan pengaruh positif maupun negatif pada janin dalam kandungan tersebut.
Sejak dilahirkan seorang anak bukan hanya merupakan makhluk yang reaktif saja, melainkan juga suatu pasangan yang aktif yang memberikan pengaruh pada lingkungan dan dengan demikian juga memberikan pengaruh terhadap dirinya sendiri. Karena arah perhatian sosial serta meningkatnya kemungkinan motoris dan kognitif bertambahlah lingkup aktifitas bayi dengan cepat. Tingkah laku lekat, kelekatan dengan ibu (atau dengan objek lekat yang lain), merupakan ciri khas perkembangan anak pada tahun pertama.
·         Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital[5] seperti club foot
·         Toksi/zat kimia :beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.
·         Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak
·         Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam kelainan jantung.
·         Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis[6] yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak
·         Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain
2)      Faktor Persalinan, Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan keruskaan jaringan otak
3)      Faktor Pascasalin
·         Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat
·         Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi [7]pertumbuhan jasmani
·         Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4)      Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya
5)      Sosio-Ekonomi
Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
6)      Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak
7)      Stimulasi
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
8)      Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid[8] jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan




DAFTAR PUSTAKA

F.J.Monks, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta: UGM.
Prayitno, Elida. 2004. Perkembangan Individu I (Perkembangan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar). Padang: UNP.
Zulkifli. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html
http://psikologianakindonesia.wordpress.com/category/perkembangan-anak/



[1] masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada   perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat pikirannya.
[2] masa dimana manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat terjadi pada usia 17-20 th
[3] suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.  www.childcare-center.com/masalah/sindrom-down.html -

[4]  kelainan genetik yang mempengaruhi satu perempuan dalam setiap 2.000 kelahiran. Ada obat untuk kekacauan dan itu ditandai dengan perawakan pendek, lipatan kulit yang longgar di daerah leher dan rahang kecil. www.scumdoctor.com/.../turner-syndrome/index.html
[5] kelainan katup mitral yang ditandai dengan aliran balik (regurgitasi) sebagian volume darah dari ventrikel kiri kembali menuju atrium kiri. http://fkunhas.com/mitral-insufisiensi-atau-regurgitasi-mitral-rm-kongenital-20101014860.html
[6]  pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis
[7] Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). www.jevuska.com
[8] suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. www.apoteker.info/.../obat_dari_kortikosteroid.htm